ABU AZZAM HAWARI

CAHAYA HATI DAN KEHIDUPAN ITU BERNAMA ILMU, TERANGILAH HATI DAN KEHIDUPANMU DENGAN ILMU

PRAHARA SESAMA SAUDARA

dengki_hasad_kafilah_tauhid_abu_azzam_hawari Oleh: Abu Azzam Hawari, Lc., M.E.I.

Hari ini penyakit hasad banyak menyebar di tengah masyarakat kita. Berbagai persaingan tidak sehat pun kian menjamur di berbagai bidang kehidupan. Inilah salah satu sumber dari berbagai tindakan permusuhan di masyarakat. Betapa banyak kerabat dekat menjadi musuh bebuyutan disebabkan penyakit hasad. Tidak sedikit para kolega, rival, dan mitra akhirnya menjadi pesaing yang saling menyikut, menjegal dan menjatuhkan satu sama lain. Tidak sedikit pula tetangga, teman kerja bahkan teman seperjuangan yang dilanda hasad akhirnya saling serang dan gemar mencari-cari kesalahan.

Raghib al Asfahani menjelaskan bahwa hasad adalah berharap agar nikmat yang ada pada orang lain hilang bahkan terkadang bukan sekedar berharap namun ia juga berusaha menghilangkannya. Berikut ini beberapa realita hasad di dalam kehidupan sehari-hari.

Hasad dalam kehidupan kita

Hasad bisa menimpa seseorang dalam banyak hal berikut ini.

  1. Hasad dalam karunia penciptaan

Kehidupan surga adalah sebaik-baik kehidupan. Tidak ada yang lebih indah daripada kehidupan di surga. Semua fasilitas serba mewah dan istimewa. Namun, apalah artinya keindahan tersebut bagi Iblis yang hasad kepada Adam Alaihissalam. Tatkala Allah perintahkan penduduk surga untuk sujud kepada nabi Adam alaihissalam iblis pun sombong dan membangkang seraya mengatakan.

 قَالَ أَنَا۠ خَيۡرٞ مِّنۡهُ خَلَقۡتَنِي مِن نَّارٖ وَخَلَقۡتَهُۥ مِن طِينٖ ١٢

Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” QS. Al A’raf[7]:12) Ayat senada pada QS. Shad:76

Inilah yang menjadi dalil pembangkangan iblis dalam menolak perintah Allah. Sebuah argument yang muncul dari rasa hasad atas karunia penciptaan. Begitulah logika dan cara berfikir orang yang hasad. Ia selalu merasa dirinya lebih baik dan lebih berhak mendapat nikmat dan pemuliaan dari pada orang yang ia hasadi. Hakikatnya ia memprotes hak prerogatif Allah dalam memberikan karunia kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Seringkali analogi hasad ini muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Mereka yang dikarunia kulit putih merasa lebih baik dari mereka yang berkulit hitam. Mereka yang diberi rambut lurus merasa lebih utama dari yang berambut kriting. Mereka yang berhidung mancung dan bertubuh tinggi merasa lebih baik dari mereka yang berhidung pesek dan bertubuh pendek.

Ketauhilah semua ini bukan pilihan kita. Kita juga tidak bisa memesannya. Semua ini semata-mata murni pemberian-Nya. Oleh karena itu, membeda-bedakan masalah fisik hakikatnya memprotes takdir Allah kepada hamba-Nya.

  1. Hasad dalam perhatian orang tua

Hasad sesama saudara seringkali terjadi di dalam rumah tangga meskipun rumah tangga itu adalah rumah tangga muslim. Allah telah mengabadikan kisah hasad saudara-saudara nabi Yusuf terhadapnya. Allah berfirman:

۞لَّقَدۡ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخۡوَتِهِۦٓ ءَايَٰتٞ لِّلسَّآئِلِينَ ٧ إِذۡ قَالُواْ لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَىٰٓ أَبِينَا مِنَّا وَنَحۡنُ عُصۡبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ٨ ٱقۡتُلُواْ يُوسُفَ أَوِ ٱطۡرَحُوهُ أَرۡضٗا يَخۡلُ لَكُمۡ وَجۡهُ أَبِيكُمۡ وَتَكُونُواْ مِنۢ بَعۡدِهِۦ قَوۡمٗا صَٰلِحِينَ ٩

“Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya 8. (Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata 9. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia kesuatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik” (QS. Yusuf:7-9)

Rasa hasad tersebut ternyata dipicu dari suuzhon dan kecemburuan yang tidak wajar. Bukan berarti nabi Ya’kub memperlakukan anak-anaknya secara tidak adil. Tidak mungkin seorang nabi bertindak tidak adil. Pelajaran yang bisa kita ambil bahwa nasab yang mulia meski keturunan nabi sekalipun tidak menjamin selamat dari tipu daya setan. Akhirnya rasa hasad tersebut mendorong mereka untuk bermakar demi membunuh nabi Yusuf. Begitulah orang yang hasad, ia merasa lega dan puas ketika yang dihasadinya pergi atau bahkan terbunuh. Namun, Allah Maha Penjaga terhadap kekasih-Nya. Tidak ada yang mampu membunuh seseorang yang Allah telah jaga. Pada akhirnya, Allah menangkan nabi Yusuf terhadap saudaranya. Kehasadan saudara-saudaranya sama sekali menjadikan ia berbuat zalim dengan membalasnya. Justru sebaliknya, ia berbesar hati dan memaafkan. Begitulah akhlak para nabi dan tuntunan yang seharusnya menjadi teladan insan pilihan.

  1. Hasad dalam harta

Harta seringkali menjadikan seseorang hasad kepada saudaranya. Oleh karena itu, dalam mendefinisikan hasad al Kafawi menjelaskan.

اَلْحَسَدُ: اِخْتِلَافُ الْقَلْبِ عَلَى النَّاسِ؛ لِكَثْرَةِ اْلأَمْوَالِ وَالْأَمْلَاكِ

“Hasad itu perselisihan hati terhadap manusia karena banyaknya harta atau kekuasaan”.

Terkadang hasad ini juga muncul pada orang-orang miskin yang lemah imannya. Coba cermati kisah orang-orang miskin yang lemah imannya di zaman Qorun di ayat ini.

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ فِي زِينَتِهِۦۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا يَٰلَيۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَآ أُوتِيَ قَٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٖ ٧٩

  1. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar” (QS. AL Qoshos;79)

Sungguh malang sekali nasib mereka. Harta dan kedudukan telah menjadikan pandangan mereka silau. Akhirnya, mereka berharap sebagaimana Qorun yang bergelimangan dalam harta dan kedudukan. Rasa untuk memiliki harta dan kedudukan sebagaimana yang dimiliki orang lain adalah bagian dari hasad. Kecuali pemilik harta tersebut senantiasa menggunakan hartanya untuk infak di jalan Allah. Nabi bersabda:

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

“Tidak boleh hasad (ghibtoh/hasad yang dibolehkan) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.”(HR. Bukhori dan Muslim)

  1. Hasad dalam profesi

Suatu hari saya bertemu dengan seorang pemuda asal Indonesia di Masjid al Haram. Raut wajahnya terlihat sangat penat dan gundah gulana. Seolah beban berat kehidupan menggelayuti kehidupannya. Setelah saling sapa akhirnya ia bercerita tentang pekerjaan yang membuat dirinya sangat tidak nyaman. Ia bekerja di sebuah restoran di Mekah. Kinerjanya yang bagus menjadikan kariernya melejit. Semula hanya sebagai karyawan biasa. Tidak lama kemudian dia dianggkat menjadi supervisor. Saat itulah ia mulai menghadapi tantangan baru. Teman dekatnya yang lebih senior merasa kondisi tersebut tidak pas. Berbagai macam isu dan masalah dibuat untuk menjatuhkan orang tersebut. Ia merasa bahwa dirinyalah yang seharusnya menduduki jabatannya. Hingga pada puncaknya, akhirnya ia pun memilih resign karena tidak tahan dengan tingkah polah kolega yang hasad selalu merusak kariernya.

Kasus-kasus hasad karena profesi antar kolega sangatlah banyak. Memang penyakit hasad biasanya melanda teman dekat dan sejawat. Sesama pedagang baju jika hasad maka sesama pedagang baju juga. Sesama tukang ojek seringkali dilanda hasad dengan orang yang berprofesi tukang ojek sepertinya. Begitu juga jika ada seorang ustadz atau penuntut ilmu yang hasad biasanya antar mereka juga. Jarang sekali seorang tukang gorengan hasad kepada tukang ojek atau ustadz. Semoga  Allah selamatkan kita dari penyakit hasad.

SEMUANYA TELAH DITENTUKAN

Hasad adalah racun bagi hati. Ia akan membunuh nurani dan akal sehat jika dibiarkan tak diobati. Bahkan akan menjadi energy negatif yang berani menerjang batas-batas yang ditentukan Allah dan rosul-Nya. Tidak ada obat yang manjur selain iman, qonaah, dan bersyukur denga takdir Allah. Syukurilah Apa yang Allah Taqdirkan kepada kita. Semua ini telah diatur oleh yang Maha Kuasa.

أَهُمۡ يَقۡسِمُونَ رَحۡمَتَ رَبِّكَۚ نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم مَّعِيشَتَهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَرَفَعۡنَا بَعۡضَهُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ دَرَجَٰتٖ لِّيَتَّخِذَ بَعۡضُهُم بَعۡضٗا سُخۡرِيّٗاۗ وَرَحۡمَتُ رَبِّكَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ ٣٢

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka di dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka di atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukruf:32)

 

Tinggalkan komentar

Information

This entry was posted on 29 Mei 2017 by .

Statistik Blog

  • 223.699 hit

Ikuti saya di Twitter